JAKARTA - Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam mengungkapkan pentingnya gotong royong atau kolaborasi antara perguruan tinggi (PT), lembaga riset, dan industri untuk meningkatkan inovasi Indonesia. Tanpa adanya kolaborasi, Nizam mengibaratkan perguruan tinggi hanya akan menjadi silo-silo sempit dengan semangat kepiting hanya saling menjatuhkan.
“Perguruan tinggi memiliki semangat panjat pinang, dimana perguruan tinggi saling berbondong-bondong untuk meraih tujuan yang sama yaitu kemajuan Indonesia, ” kata Nizam, seperti dikutip dalam rilis Ditjen Dikti di Jakarta, Selasa (3/8/2021).
Dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Airlangga (UNAIR), dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2021 yang bertema “Inovasi, Optimisme dan Transformasi Layanan Kesehatan dan Mitigasi di Masa Pandemi” yang digelar Senin (2/8), Nizam mengungkapkan, begitupun saat ada perguruan tinggi yang berhasil dan memiliki prestasi, ia berharap agar perguruan tinggi lainnya pun ikut bangga dan berbahagia tanpa saling menjatuhkan dan harus saling berkolaborasi, sehingga dapat berlomba-lomba dalam kebaikan.
Menurutnya, keberhasilan setiap perguruan tinggi serta anak bangsa, merupakan keberhasilan bagi seluruh masyarakat. "Hal tersebut merupakan tugas perguruan tinggi dan para intelektual dalam menemukan hikmah, pemecahan masalah, serta berinovasi agar dapat memberikan kemudahan dalam mengembangkan suatu ilmu dan teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat, " tegas Nizam.
Dalam pemaparannya, Nizam pun menekankan bahwa fungsi pengabdian dan penelitian pada masyarakat di dalam lingkup pendidikan tinggi sangat penting, karena pendidikan tinggi merupakan satu kesatuan yang integratif dengan penelitian dan pengabdian masyarakat, sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini juga yang membedakan antara perguruan tinggi dengan lembaga riset, serta jenjang pendidikan dasar, menengah dan atas.
“Di pendidikan tinggi terdapat tridarma yang merupakan satu kesatuan integratif. Setiap aktivitas penelitian kita itu nafasnya di dalam pendidikan. Menyiapkan anak-anak kita menjadi peneliti yang handal di masa depan, di samping tugas utama perguruan tinggi yang lain adalah menciptakan ilmu, teknologi yang baru, berinovasi, berkreasi, menghasilkan generasi bangsa yang unggul, ” ujarnya.
Nizam juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah memberikan beberapa inovasi serta kontribusi kepada masyarakat selama masa pandemi ini. Adapun UNAIR - ITS berhasil menciptakan RAISA (Robot Medical Asistant ITS-UNAIR), GeNose C19 dari UGM, serta adanya Vaksin Merah-Putih dari UNAIR.
Nizam pun menekankan, kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia agar setiap inovasi dari riset tersebut tidak hanya terbatas pada ruang publikasi saja, tetapi direalisasikan manfaatnya oleh masyarakat. Hal tersebut dipicu oleh keprihatinannya melihat realitas di Indonesia yang mengimpor hampir 90% alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Padahal Indonesia sendiri kaya akan fitofarmaka, memiliki hasil laut melimpah yang belum tergali dengan maksimal, serta memiliki sumber daya alam yang belum teroptimalkan.
“Ini tentu tugas besar bagi perguruan tinggi untuk paling tidak mengurangi dari 90 persen ketergantungan impor menjadi 85 persen, dan itu akan menjadi suatu pencapaian yang luar biasa sekali, ” paparnya.
Ia meyakini bahwa perguruan tinggi di Indonesia mampu untuk menciptakan alat-alat kesehatan tersebut melalui riset dan pengembangan yang dikerjakan dengan fokus dan tekun.
Rektor UNAIR Mohammad Nasih mengatakan pandemi COVID-19 telah memunculkan permasalahan yang memacu universitas-universitas untuk mengembangkan inovasi dalam penyelesaian masalah pandemi ini."Banyak yang kita siapkan agar menjadi inovasi, dan untuk itu mesti muncul optimisme agar kita berada pada kondisi yang lebih baik lagi, " terangnya.
Ia menyampaikan, banyak hal yang dapat dilakukan perguruan tinggi dalam membantu mengatasi permasalahan pandemi ini. Contohnya untuk Fakultas Kedokteran dapat memunculkan inovasi terbaru dalam penanganan COVID-19 dengan berkolaborasi dengan stakeholders terkait.
Terkait dengan inovasi yang dilakukan UNAIR, Direktur Rumah Sakit UNAIR Nasronudin menyebutkan, beberapa inovasi terbaru di Rumah Sakit UNAIR meliputi fasilitas dan prosedur medis lainnya. Adapun inovasi tersebut antara lain Shadowing Transfer Bed, sebuah alat yang dapat memindahkan pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur lainnya secara otomatis, aplikasi Si-Perdana untuk membantu registrasi pelayanan rumah sakit secara digital, Airlangga Robot Triage Assistance (ARTA), KECE Robotic, serta robot RAISA hasil kerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya untuk membantu kegiatan medis di rumah sakit.
"Rumah Sakit UNAIR menjadi salah satu rumah sakit yang memiliki banyak inovasi dan fasilitas yang cukup mumpuni serta lengkap, hal ini merupakan kerja keras dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, " katanya. (***)