JAKARTA
- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan angka konsumsi ikan nasional naik menjadi 62.05 kg/kapita setara ikan segar pada 2024. Meningkatnya angka konsumsi ikan diyakini akan mengurangi jumlah anak stunting di Indonesia.Butuh kerjasama lintas sektor dalam mencapai target ini, termasuk melibatkan perguruan tinggi.
Berdasarkan data, angka konsumsi ikan nasional pada 2019 mencapai 54, 49 kg/kilogram atau naik 4 persen dari tahun sebelumnya. Sementara permasalahan gizi di masyarakat masih tinggi, di mana 30, 8 persennya di antaranya adalah masalah stunting (Rikesdas, 2018).
"Dari sekian banyak sumber pangan yang ada, ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat tepat untuk mendukung program perbaikan gizi masyarakat dan penanganan stunting, " ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat mengisi webinar Gemar Makan Ikan untuk Pencegahan Stunting yang digelar oleh Universitas Binawan, Sabtu (22/8/2020).
Ikan mengandung banyak nutrisi yang penting bagi tubuh. Di antaranya vitamin A, D, B12, kalsium, zinc, protein hingga omega-3. Kandungan gizi pada ikan juga berperan penting bagi ibu hamil, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), perkembangan otak anak-anak di bawah usia dua tahun (Baduta), usia remaja serta lanjut usia.
Menteri Edhy melanjutkan, ikan sebagai sumber bahan pangan sehat juga berperan mengurangi beban penyakit dan meningkatkan imun tubuh, sehingga dapat mewujudkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik dan meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa.
"Stunting perlu ditangani dengan baik untuk mencegah lost generation di masa mendatang, apalagi kita akan menghadapi bonus demografi, " tegas Edhy yang dalam webinar tersebut didampingi Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Artati Widiarti.
Upaya KKP meningkatkan angka konsumsi ikan nasional di antaranya memasifkan program-program sosial seperti Gemarikan, Nasi Ikan, dan Lebaran Ikan. Sedangkan dalam pencegahan stunting, KKP ikut berperan dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Di samping itu, KKP mendorong kenaikan produksi perikanan tangkap dan budidaya dengan menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, serta membangun sarana-prasarana pemasaran, seperti pasar ikan modern hingga penguatan sistem logistik ikan untuk memenuhi ketersediaan.
Edhy menyadari, meningkatkan angka konsumsi ikan nasional dan mengurangi jumlah penderita stunting di Indonesia butuh kerjasama lintas sektor, termasuk kampus. Peran serta perguruan tinggi dalam mengkampanyekan gemar ikan, menurutnya sangat strategis.
Edhy pun mengapresiasi Universitas Binawan yang turut andil dalam mengkampanyekan konsumsi ikan melalui webinar nasional yang digelar hari ini. Dia berharap, langkah ini diikuti kampus-kampus lain di Indonesia. Bahkan pihaknya siap menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dalam mengkampanyekan gemar makan ikan.
"Saya ingin hasil webinar ini nanti bisa kita sebar ke masyarakat, bahwa benar makan ikan itu merupakan jalan keluar bagi masalah kekurangan gizi dan daya tahan tubuh. Karena mungkin masih banyak yang meragukan, dan ini kesempatan kita untuk menujukkan bahwa yang disampaikan itu fakta dan tinggal kita melaksanakannya, " pungkas Edhy.
Sementara itu, Plt Rektor Binawan Dr Ayu Dwi Nindyati, menjelaskan pencegahan stunting memang perlu dilakukan, salah satunya untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul. Tingginya angka stunting di Indonesia menurutnya tidak semata dipengaruhi faktor ekonomi tapi juga budidaya.
"Ada budidaya tertentu ketika anak perempuan mulai dewasa, justru tidak boleh mengonsumsi segala makanan yang berbau amis, termasuk ikan. Menurut saya ini perlu kita luruskan, kita edukasi, " ujar Ayu.
Webinar nasional Gemar Makan Ikan untuk Pencegahan Stunting yang digelar Universitas Binawan ini menghadirkan narasumber dari ahli gizi dan pakar neuorsains dari kampus ternama di Indonesia. (***)