JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kemendikbud menggelar Webinar Expo Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) tahun 2020, Jumat (18/12/2020). Program PMDSU yang telah dilaksanakan sejak 2013 ini merupakan salah satu terobosan untuk percepatan laju pendidikan Doktor guna meningkatkan jumlah lulusan Doktor, sehingga memenuhi kualifikasi pendidikan dosen minimal S2.
Kegiatan Expo PMDSU yang pertama digelar tahun ini dilaksanakan secara virtual dengan tujuan untuk memperkenalkan karya unggulan alumni PMDSU kepada masyarakat. Selain itu, juga mempertemukan Doktor muda maupun calon Doktor muda lulusan PMDSU dengan stakeholder terkait yang nantinya dapat berkolaborasi dan bersinergi dalam rangka menjawab tantangan dan kebutuhan Indonesia.
Baca juga:
Najwa Shihab: Profesi Jurnalis
|
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam mengatakan, program PMDSU tentu akan lebih kuat lagi jika diintegrasikan dan disinergikan dengan perguruan tinggi terbaik di dunia.
“Jadi mahasiswa bisa satu semester sebagai bagian dari penelitiannya di mitra-mitra luar negeri, kemudian menggandeng program fast track dengan PMDSU. Jadi mahasiswa S1 bisa lanjut S2, dan S3 dalam kurun waktu enam tahun sudah bisa selesai semuanya, sehingga usia 25 tahun sudah bisa berkarya dan memiliki produktivitas lebih panjang, ” jelas Nizam, seperti dalam rilis Dikti, Kemenikbud di Jakarta, Sabtu (19/12/2020).
Baca juga:
Universitas Brawijaya Raih Akreditasi Unggul
|
Nizam menyampaikan apresiasinya terhadap mahasiswa PMDSU yang telah menghasilkan 1000 publikasi. Dengan ini, diharapkan hal ini tidak berhenti hanya menjadi publikasi akan tetapi menghilir pada penggunaan di dunia industri.
“Saya sangat berharap agenda riset dari mahasiswa PMDSU lebih dari 50% risetnya datang dari hilir yaitu industri, masyarakat, dan pemerintah daerah, ” jelas Nizam.
Nizam menjelaskan, pentingnya pengembangan sumber daya manusia melalui para Doktor dan master yang merupakan ujung tombak dari investasi negara untuk membangun ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menghilirkan hasil-hasil penelitian tersebut untuk menggerakkan industri.
“Dalam membangun riset membutuhkan biaya infrastruktur. Oleh karena itu sinergi antara lembaga-lembaga penelitian antar perguruan tinggi perlu untuk dilakukan, ” kata Nizam.
Ia juga menjelaskan, sinergi adalah hal yang harus dilakukan oleh lembaga penelitian. Hal ini harus menjadi begian integral dari sistem riset, walaupun berada di bawah Kementerian yang berbeda tetapi esensinya adalah satu yaitu mengembangkan sumber daya manusia unggul dan membangun inovasi di Indonesia.
“Sehingga talenta-talenta yang ada di tanah air bisa memanfaatkan resources yang ada di lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan antar laboratorium. Kemudian tidak ada pilihan lain, selain sharing untuk bersama-sama memanfaatkan sumber daya yang kita miliki, ” pesan Nizam.
Nizam pun mencontohkan, negara Singapura memiliki fasilitas riset yang sangat luar biasa, sehingga perguruan tingginya dengan mudah masuk ke 10 perguruan tinggi terbaik dunia. Untuk itu, Nizam menilai Indonesia harus bisa bersinergi dengan Singapura secara lebih intens. Hal tersebut dikarenakan respon positif dari lembaga-lembaga riset di Singapura untuk melakukan kolaborasi. Menurutnya, inilah saatnya Indonesia berkolaborasi lebih dekat dengan Singapura.
Sementara itu, Direktur Sumber Daya Ditjen Dikti, Sofwan Effendi menjelaskan bahwa PMDSU merupakan salah satu program inovatif yang dikembangkan oleh Direktorat Sumber Daya Ditjen Dikti. Program ini, mempunyai empat tujuan utama yaitu perguruan tinggi melakukan eksplorasi untuk mendidik sarjana unggul melalui pendidikan magister menuju Doktor, menghasilkan lulusan Doktor bermutu tinggi dengan masa studi optimal maksimal empat tahun, mempercepat laju penambahan dosen bergelar Doktor, serta meningkatkan jumlah dan kualitas publikasi internasional.
Sejak PMDSU digulirkan tahun 2013, program ini telah diikuti oleh sebanyak 875 orang penerima beasiswa yang terbagi dalam 5 batch. Penerima PMDSU dididik dan dibimbing oleh promotor yang bergelar guru besar dalam bidang penelitian dan pengembangan iptek yang memiliki reputasi baik.
“Saringan bagi calon penerima promotor maupun perguruan tinggi penyelenggara PMDSU selama ini dilakukan secara ketat, oleh karena itu sampai dengan angkatan ke-5 sebanyak 16 program pascasarjana perguruan tinggi yang menyelenggarakan PMDSU, ” ujar Sofwan.
Program PMDSU sendiri telah melahirkan lulusan-lulusan yang kini menjadi dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, sebagai peneliti, dan bekerja di research and development perusahaan nasional dan internasional, banyak juga yang berwirausaha secara mandiri, serta merintis startup yang berkaitan dengan bidang riset.
“Penerima PMDSU telah tercatat melahirkan produk jasa, prototipe, hingga paten yang berpotensi dikomersialisasikan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia, ” pungkasnya.
Publik masih dapat berselancar secara virtual digital melalui http://expopmdsu.kemdikbud.go.id untuk melihat profil alumni dan karya karya unggulan penerima PMDSU batch I sampai III. (***)