JAKARTA - Era Revolusi Industri 4.0 ataupun Society 5.0 saat ini membuat hampir 80 persen orang di seluruh dunia melakukan komunikasi melalui media sosial. Selain itu, sektor industri pun kini memasuki otomatisasi serta robotik.
Oleh sebab itu, penting bagi dosen menambah berbagai macam kompetensi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya agar bisa menciptakan reka cipta atau inovasi yang kreatif, serta solutif untuk berbagai permasalahan bangsa.
Sebagai upaya peningkatan kompetensi dosen, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek melalui Kedaireka bekerja sama dengan Amazon Web Services memberikan pelatihan kepada dosen di bidang teknologi digital.
“Harapan kami kegiatan webinar ini bisa menjadi momentum seluruh dosen yang akan bergabung dengan Kedaireka untuk meningkatkan kompetensi diri dan update dengan berbagai macam kebutuhan teknologi, ” ungkap Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Paristiyanti Nurwardani, seperti dikutip dalam rilis Ditjen Dikti di Jakarta, Minggu (25/7/2021).
Dalam kesempatan tersebut, Paris menjelaskan dunia pendidikan tinggi sebagai pintu gerbang kemajuan bangsa harus menyiapkan berbagai macam rumah dan tempat untuk terciptanya kolaborasi antara insan Dikti dan industri, sehingga reka cipta serta inovasi-inovasi bisa terus tumbuh dan berkembang.
"Platform Kedaireka ini menjadi media yang disiapkan untuk membangun ekosistem bagi tumbuh kembangnya inovasi di Indonesia dan Kedaireka siap memberikan layanan kolaborasi antara insan Dikti dan industri 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan 365 hari per tahun, " tuturnya.
Paris berharap ide-ide brilian dari para dosen dan mitra industri tidak hanya dipublikasikan di jurnal, lalu kemudian dilupakan. Namun, ia mendorong agar dapat dihilirisasi menjadi produk maupun jasa supaya bisa menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, pandemi COVID-19 ini telah mengakselerasi percepatan hilirisasi produk dan jasa. Untuk itu, Paris menantikan inovasi-inovasi dari para dosen untuk memberikan percepatan pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi dan Direktorat Jenderal pendidikan tinggi akan betul-betul memfasilitasi melalui Kedaireka.
Hal senada disampaikan oleh Adhitya Maramis selaku Koordinator Tim Kerja Akselerasi Kampus Merdeka bahwa inovasi menjadi sebuah keharusan dan tidak bisa lagi ditolak, sehingga inovasi harus terus terjadi.
"Saat ini inovasi adalah magic word di mana seluruh dunia peduli dengan inovasi dan jika bangsa kita tidak memulai tentu ini menjadi pertanyaan. Oleh sebab itu Kedaireka hadir sebagai jembatan antara industri dan insan Dikti untuk melakukan inovasi bersama, " ucapnya.
Lebih lanjut Adhitya menjelaskan bahwa Kedaireka telah menggandeng berbagai mitra industri seperti Bumdes, UMKM, perusahaan nasional, perusahaan multinational, company venture capital. diaspora, dan komunitas.
Ia menyebut saat ini Kedaireka sudah mempunyai 2.952 industri yang tergabung di platform ini mulai dari Amazon, Samsung, Google, Gesit, Pertamina, Telkom, Alibaba, 300 Bumdes, pemerintah kabupaten/kota dan ini dan bertambah terus setiap harinya.
“Kedaireka akademi adalah salah satu program dari 2.521 yang bapak ibu bisa ikut di dalamnya, kemudian bapak ibu akan mendapatkan pelatihan hard skill dan soft skill oleh Amazon yang akan mengajarkan mengenai artificial intellligent, big data, security data dan lain-lain, “ papar Adhitya.
Dalam Webinar Kick off Meeting: Kelas Kedaireka x Amazon Web Services yang digelar Kamis (22/07) tersebut, Education & NPO Account Lead Indonesia Amazon Web Services AWS Public Sector, Bimo Yuwono Arie Prabowo mengatakan bahwa AWS memberikan kesempatan kepada seluruh dosen untuk mempelajari lebih jauh mengenai cloud computing, artificial intelligence, dan machine learning. AWS akan memberikan dari dua sisi yaitu sisi teknologi dan sisi akademinya melalui pelatihan dan lain-lain melalui kelas Kedaireka ini.
“Kami berharap dari kerja sama ini kita bisa memberikan kesempatan yang lebih luas untuk insan dikti untuk meningkatkan kapasitasnya sehingga bisa meningkatkan peluang kolaborasi lebih baik, ” ungkap Bimo.
Sementara itu, Program Manager AWS Educate, Furin Ongko mengatakan bahwa berdasarkan research dari Global Knowledge terdapat 10 skill yang dibutuhkan pada tahun 2020 yaitu cloud computing, cyber security, software development, networking and wireless, data analytic and data science, programming, project management, artificial intelligence & machine learning, IT service & management, dan virtualization.
"Di masa depan 80 persen enterprise IT akan pindah ke cloud. Pandemi COVID-19 mengakselerasi kebutuhan cloud, dan di tahun 2025 cloud ini akan menjadi kunci untuk melakukan inovasi. Dalam hal adopsi cloud, tantangan terbesar bukanlah teknologi. Tetapi adalah orang-orangnya dan bagaimana proses mereka harus berubah dan beradaptasi, ” pungkas Furin.(***)